Jelang pemilu caleg yang akan digelar sekitar dua minggu lagi, kampanye terbuka dan konvoi kendaraan bermotor yang membuat gaduh dari para simpatisan partai-partai peserta tak bisa dihindarkan, apalagi di Jogja yang merupakan kota besar dan padat penduduk―dapil empuk bagi para partai untuk meraup suara.

Seperti sepagian hingga matahari menyongsong siang tadi, aku serasa mendapat teror. Banyak sepeda motor dengan knalpot brong atau blombongan, wara-wiri di jalanan depan kantorku yang terletak di kawasan Ngampilan. Berisik! Tak hanya berisik, memekakkan telinga, atau menimbulkan polusi, suara bising yang dihasilkan bertubi-tubi juga membuatku nyaris gila. *lebay*

Sebalnya lagi, waktu pagi, mereka wara-wiri belum dalam rangka konvoi kampanye, melainkan semacam tes suara knalpot dan pamer saja. Bahasa kerennya, mereka sedang test drive. Saat menjelang siang, mereka mulai muncul bergerombol. Kurang tahu, hari ini jadwal kampanye partai apa di dapil Jogja. Yang jelas, kampanye kemarin-kemarin tak segaduh hari ini.

Didera rasa penasaran, setelah sempat berulang kali misuh, aku pun menengok jalanan dari jendela ruanganku di lantai dua. Hmm... kebetulan sekali, rupanya dari beberapa gerombolan si berat yang membuat berisik tersebut ada yang membawa bendera partai. Oh, jadi hari ini jadwal kampanye partai dengan lambang kepala banteng. Pantesan! Iya, simpatisan partai itu di Jogja memang salah satu dari dua yang terkenal ugal-ugalan kalau sedang konvoi.

Sepertinya, kampung-kampung di sekitar kantorku merupakan basis partai tersebut, mengingat banyaknya pemuda-pemudi yang lebay menderukan motor-motornya dan seenak makan sego padang sliwar-sliwer di jalanan seolah hendak menerkam pengendara lain bak sekumpulan orc yang diiming-imingi daging hobbit. Hiii...

tontonan gratis siang ini, dari depan kantor (dok. pribadi)
Oke, bagi mereka, mungkin dengan membleyer-bleyer motor yang knalpotnya sudah diblombong sehingga mengeluarkan ingar-bingar yang bisa menulikan telinga orang lain, merupakan sensasi tersendiri; merupakan kepuasan dan kebanggaan tersendiri. Ya, cara orang untuk mendapatkan kebahagiaan memang bermacam-macam, termasuk dengan mengganggu ketertiban umum.

 jalan kaki pun dilakoni (dok pribadi)
Kian sore, daripada terus misuh, aku mencoba berdamai dengan suasana yang mungkin hanya ada pada musim kampanye atau saat para suporter bola berkonvoi menuju/dari stadion guna mendukung klub kebanggaannya. Daripada menganggap ingar-bingar tersebut sebagai teror yang dapat mengakibatkan edan, mending kuanggap sebagai tontonan dan hiburan saja. 

Aku memang tak bisa mengontrol kelakuan mereka, tetapi aku bisa memilih bagaimana mau meresponsnya. Toh, zaman masih SD, aku dan kawan-kawan malah sengaja menonton di pinggir jalan protokol dekat rumah. Namun, seingatku dulu para peserta kampanye dari tiga partai selalu tertib, knalpot yang diblombong pun hanya beberapa. Konvoi kampanye masih bisa dinikmati sebagai tontonan. Kalau sekarang, horooorr... seandainya sedang di jalan raya bersama Hugo, lantas berpapasan dengan konvoi-konvoi semacam itu, lebih baik melipir dulu saja.

Selamat menyambut pemilu, Indonesia! Siapa pun yang terpilih dan duduk di parlemen sebagai wakil rakyat, semoga bisa amanah.

***