Hari ini, tepat tiga tahun kepergianmu. Dan, semua tak lagi sama. Rumah penuh kenangan yang kau tinggalkan untuk kami, telah sirna. Diratakan dengan tanah. Tak pernah kukira, ada manusia setega itu dalam hidupku. Namun, apa gunanya meratap? Rumah itu takkan kembali.

Tidak mewah, pun tidak luas, tetapi rumahmu menawarkan kehangatan. Meski tak ada lagi wujudnya, segala kenangan yang pernah terjadi di sana akan terus ada dalam sebuah ruangan di setiap hati kami.

radio kesayanganmu yang kuabadikan sehari sebelum kau pergi utk selamanya (dok. pribadi)

Seringkali aku lupa, ketika galau mendera, tanpa sadar ingin berlari menuju rumahmu itu, seperti dulu. Untuk menjumpaimu tentu saja. Lantas, berbagi cerita remeh-temeh bersamamu, diiringi lagu-lagu campursari atau sandiwara Jawa dari radio kesayanganmu. Hingga akhirnya, ceriaku kembali.

Ah, betapa aku merindukanmu! Apa kabarmu di rumah yang baru? Aku begitu yakin, kau jauh lebih damai dan tenteram di sana. Semoga.

***


Tertanda, 
Cucumu yang rapuh
  

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.